mengapa bumi bergetar saat cahaya rembulan berpendar
apakah mungkin kumbang pergi tinggalkan kelopak mawar
mengapa jantungku berdebar bila namamu kudengar
apakah mungkin bunga asmara sedang tumbuh mekar
sedangkan kisah perjalanan telah lama berakhir
bersama datangnya mentari meredup di titik nadir
gemerlap lampu pesta hanya sebatas untuk dikenang
potret merah jingga seakan membatu di batas pandang
aku mulai gelisah pabila senja telah tiba
sementara induk angsa memeluk anaknya
mengusir gambar wajahmu di benakku
menjadi hal tersulit dalam ruang waktu
irama jam dinding mengalir begitu cepat
bila kau berada di sisiku begitu dekat
malam terasa berjalan teramat pelan
menunggu pagi dengan penuh harapan
merindu wajahmu disetiap hela nafasku
tatap matamu teduh membelai lautan biru
kubingkai asa dalam setiap puing mimpi
yang terbuang percuma di malam sepi
bagiku kau adalah bintang penghias langit
terangi hamparan kelam dibalik rumpun mega
jarak tempuh fikiranku menjadi kian sempit
bilamana suara hati hendak ikut berbicara
sesaat aku jadi manusia paling bodoh
yang larut dalam aliran melodi melankoli
aku bersembunyi di balik dinding kokoh
tapi bisik suaramu tak mampu kuhindari
kupanggil rembulan turun sebagai saksi
menemaniku bernyanyi sambil merajut asa
tutur katamu tersurat bagai bait-bait puisi
gemulai tubuhmu bagai penari ramayana
tapi sayang aku tak boleh terus berjalan
gelatik kecil terdiam di pucuk cemara udang
aku harus berhenti tepat di persimpangan
angin berdesir mengajakku kembali pulang
#donibastian – lumbungpuisi.com
greenfield – 21-11-2015