Intuisi cinta
Dalam sunyi hati menggelora
Teriakkan sebuah makna
Semeriah nafiri menyambut Raja
Roman
Bukanlah fiksi yang lahir dari kecelakaan
Namun ketidakcakapan rasa
Dalam menerka
Jadikan cinta seolah jalan menuju celaka
Dan dari imaji logis, mataku terbuka
Kita tengah berada di atas panggung sandiwara
Dalam diamku, aku adalah aktor monodramaku
Dalam malumu, kau adalah aktris monodramamu
Terkaan hanyalah terkaan
Hingga indera mampu membenarkan
Terkaan selamanya terkaan
Hingga spekulasi menjadi deklarasi
Aku ialah hamba Allah
Terciptaku dari sari tanah
Bagaimana bisa aku melupakan langit
untuk mencintai Bumi yang begitu sempit?
Bahkan tunas di antara sejuta menara Hyperion
Berani mati untuk memilikimu, cinta
Dan setetes embun yang menantang samudera
Tampak gila, karena cinta tak selamanya logika
Arang Karbon, Intan pun Karbon
Aku mencintaimu walau aku arang
Arang Karbon, Intan pun Karbon
Terimalah cinta ini, duhai kau Intan
Hukum-Nya ialah asas untuk berpijak
Haribaan-Nya ialah tempat untuk berpulang
Syurga-Nya adalah garis finish untuk dituju
Dan ridha-Nya adalah yang kucari sepanjang masa
Musim hujan di bulan Desember
Momen terlahir suatu neo hikayat
Tentang aku, kau dan cinta
Tentang hujan,
Desember
dan Cinta
Aku ingin mencintaimu juga