Puisi kalbuku
Ku utarakan hanya padamu
Ketika kaum Emansipasi
Memakai topengnya masing-masing
Dengan bangganya seraya berkata “aku masih sendiri”
Semunya parasmu menandakan mosi tidak percaya ku menguat
Hanya bisa menebarkan benih benci
Semua omong kosong membisik ke sayap-sayap yang polos
Melebur ke perasaan yg penuh harapan
Berharap.. Cinta yg kau bawa itu berasal dari ladang ketulusan
Membawaku seolah mengikuti arus gila
Cantiknya strategi godaan Kata-kata
Mengikatku ke dalam jeruji tirani
Bagai pedang terhunus ke kulit ksatria
Penuh tangis mendramatisir setiap karangan pujangga
Hingga lupa kau diam-diam telah mengumbar keadaan penuh canda
Lucunya aroma penuh sandiwara
Teriris mulai dari nadi hingga batin
Sudah cukup jangan lagi, perasaan apa ini?
Jangan penuhi sikap lembut dengan peran Antagonis
Berharap itu sakit, ketika cinta tak berbalas
Membidik sasaran yg meleset
Entah kemana? intinya aku sudah muak
Untuk sembuh dan ceria butuh ketenangan alami
Bukan mendengarkan cerita dongeng!