haruskah kutulis kata indah
agar bisa jadi sebuah puisi
pernahkah kau merasa resah
jika dia tak berada disini
sedangkan waktu sudah lama tergilas
bersama langkahku menuju tepi batas
kisah tentangmu bagai sebuah lagu
berulangkali kuputar di malam bisu
seraut wajah yang selalu terbayang
saat kedua mataku hendak terpejam
kini tergambar jelas di langit kamar
dibalik bintang yang tak lagi bersinar
aku terhempas dalam ruang imajinasi
tenggelam dalam buaian rindu di hati
bermain di tengah mimpi menjelang pagi
yang punah saat mentari menyinari bumi
masihkah ada kesempatan untuk kuajak bicara
menepis kenangan masa silam dalam relung jiwa
ingin kutinggalkan semua yang pernah terjadi
namun kemanapun kupergi kau terus membayangi
aku bukanlah pujangga yang pandai bermain kata
aku juga bukan penyanyi di atas pentas opera
mungkin aku memang lelaki bodoh yang pernah ada
yang tak pernah bisa mengucap kata cinta untuknya
hingga saat kumengerti bahwa semua tlah pergi
tiada lagi yang tersisa kecuali rasa kecewa
mengapa waktu tak penah mengajariku berlari
demi meraih cinta yang ada di dalam hatinya
sementara diujung jalan seorang gadis menanti
kekasihnya yang tlah lama pergi untuk kembali
airmatanya lembut mengalir melintas di pipi
sebagai pertanda rindu yang tak tertahan lagi
namun harapan tak pernah berwujud nyata
meski selaksa do’a membasah di bibirnya
mungkin memang sudah terlukis dalam takdir
dalam sebuah penantian yang tiada berakhir
hingga suatu ketika rembulan menyapa
membawa satu kabar gembira untuknya
kini dia tlah temukan cinta yang sejati
pada lelaki yang tak bisa menulis puisi
Jakarta 17/03/2018
#donibastian