aku lihat kau sudah terlalu lama
duduk di pagar halaman rumahmu
mengapa kau simpan batu dikepala
meski aku bisa mengerti alasanmu
kau ciumi mawar itu sepanjang malam
sementara hatimu tergores tajam durinya
sedemikian dalam luka itu menikam
hingga terpuruk ke jurang kesunyian
jangan kau pancing keluar ratu berlian
dia akan meruntuhkanmu jika dia punya
bukalah ratu hati yang lama kau simpan
karna itulah yang terbaik kau tawarkan
sekarang aku bisa saksikan seberkas cahaya
memantul diatas mejamu yang dulu suram
tapi mengapa kau selalu mencari-cari
sesuatu yang tak pernah dapat kau raih
kawan,
kau tak mungkin mengulang masa silam
simpan saja semua kesal dan amarahmu
seperti semua orang mencari kebebasan
bagai narapidana jangan jadikan hatimu
bukankah bibirmu menggigil saat malam tiba
sudut matamu tak sanggup menahan rintik hujan
tepat ditengah malam kau mendadak terjaga
menatap langit kamar hanya temukan bayangan
angkasa tak lagi melepas indahnya bintang
mentari pagi tak hendak memberkas sinar
kebekuan menyelimuti setiap sudut ruang
kedua butir matamu enggan untuk berbinar
kau telah kehilangan kecemerlanganmu
yang dulu pernah mengiringi aura wajahmu
lengkung indah bibirmu kini nampak kaku
meredam tarian kepak sayap kupu-kupu
kawan,
mengapa kau tak kembali menjenguk hati
yang terperangkap sepi disetiap biliknya
nyalakan api lilin kecil ‘tuk menerangi
bangkitkan asa mengusir serpihan luka
mungkin pagi ini sedang turun gerimis
yakinlah sore hari terlukis pelangi
tak ada gunanya lagi kau menangis
biarlah mawar luruh berganti melati..
.oOo.
Headline di Kompasiana.com