Ditengah Suara Rerumputan

rumput2
pada suatu pagi yang redup
aku termangu menatap rerumputan
bertahun lamanya jalani hidup
tubuhnya tak pernah menjulang

merintih dicekam musim kemarau
resah menunggu setetes air hujan
sekedar basahi jiwanya yang parau
gelisah dalam selimut penderitaan

menjerit namun tak bersuara
menangis tanpa gulir airmata
hidup hanyalah membuang waktu
terbuai selaksa impian semu

tunas hijau terhimpit batu kerikil
membungkam harapannya yang kerdil
merayap mengendap-endap disela sempit
demi menepis pusaran masa yang sulit

lambaian pucuk daun menari-nari
seakan berulang memanggil namaku
aku segera bangkit dan berdiri
menuntun langkah kemana kumenuju

sejenak kuberada ditengah wajah yang sayu
meski tersenyum namun memendam rasa pilu
sangit bau tubuh mereka terbakar matahari
diantara riuh tatapan mata membelah sunyi

sayup kudengar hati kecil mereka berkata
tolonglah kami yang sejak lama menderita
jantungku berdesir tatkala mereka terisak
nyanyikan tembang kesedihan yang memuncak

kuraih seikat rumput yang terbuang
terpuruk ditebas pisau kekuasaan
pasrah menerima suratan nasib malang
tiada daya bagi mereka untuk melawan

aku menengadahkan kepala menatap mega
yang memanggilku untuk terbang kesana
bila memang sudah tiba saatnya
hanyalah waktu yang akan bicara

.oOo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.